Kebutuhan mendesak korban: tenda, obat-obatan, sembako, dapur umum, selimut dan pakaian.
Rabu, 6 Oktober 2010, 11:09 WIB
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu 6 Oktober 2010 melaporkan korban meninggal tercatat sebanyak 56 orang.
Sementara korban luka 60 orang. Sebanyak 7 orang lainnya dilaporkan hilang.
Banjir bandang terjadi Senin 4 Oktober 2010 pagi akibat hujan lebat yang turun terus-menerus selama 6 jam di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Delapan kampung terendam banjir, yakni Kampung Wasior I dan II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi dan Kampung Wondiboy.
Ibu kota distrik Wasior hancur total, dan hingga saat ini aktivitas masyarakat lumpuh total.
Selain korban jiwa, bencana tersebut juga menimbulkan kerugian material. Data kerusakan yang telah dihimpun tercatat 31 rumah hanyut, 2 sekolah rusak berat, 1 rumah sakit rusak berat, 1 masjid rusak berat, 1 hotel rusak berat dan 4 jembatan tertimbun lumpur.
BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 200 juta kepada Gubernur Papua Barat.
Pagi tadi, pukul 06.03 WIB telah diberangkatkan bantuan logistik seberat 10,5 ton, dengan rincian berupa tenda pleton 3 unit, tenda keluarga 80 unit, tenda gulung 200 lembar, velbed 60 unit, sandang 500 paket, kidsware 150 paket, family kits 150 paket, selimut 100 lembar, tikar 100 lembar dan makanan siap saji 2.250 paket. Nilai bantuan logistik diperkirakan sebesar Rp. 900 juta.
Selain bantuan logistik, juga dikirimkan bantuan obat-obatan seberat 2,5 ton dan tim medis 7 orang dari Kementerian Kesehatan. Bantuan tersebut diangkut menggunakan pesawat boeing 737.
BPBD provinsi bersama unsur PU, TNI dan Polri telah menuju lokasi bencana menggunakan kapal TNI AL KRI Kalakay serta membawa peralatan evakuasi dan pembersihan lumpur.
Para korban membutuhkan sejumlah logistik secara mendesak berupa tenda, obat-obatan, sembako, dapur umum, selimut dan pakaian.
***
Banjir bandang datang laiknya tsunami. Saat itu sekitar pukul 07.30 WIT, air dengan ketinggian kurang lebih 3 meter menerjang.
"Air deras dari atas gunung datangnya tiba-tiba, sehingga warga panik dan sebagian tidak sempat menyelamatkan diri," ujar Horas Lubis salah seorang warga Wasior yang dihubungi Senin sore, 4 Oktober 2010.
Tinggi air deras menyentuh atap rumah. "Mobilnya saja nyangkut di atap rumah, sama sekali tidak ada tempat pelarian," kata dia.
Warga, hanya bisa menyelamatkan diri dengan cara berenang atau berpegangan pada tiang maupun pohon-pohon.
0 komentar:
Posting Komentar