blog-indonesia.com

Muntahkan Awan Panas, Semeru Masih Aman

Sabtu, 06 November 2010


Pemukiman warga memang cukup jauh dari Semeru, 11 kilometer.
Jum'at, 5 November 2010, 14:39 WIB
Ita Lismawati F. Malau
Semeru keluarkan awan panas pada Kamis 4 November 2010 (Antara/ Cucuk Donartono)

SURABAYA POST – Meski kepanikan melanda warga di sekitar Gunung Merapi, tapi warga di Gunung Semeru diharapkan tenang pasca-muntahan awan panas, Kamis kemarin. Hanya saja, wisatawan diimbau untuk tidak mendekati kaki Gunung Bromo karena letaknya sangat dekat dengan Semeru.

“Kamis kemarin memang Semeru sempat mengeluarkan awan panas hingga radius 4 kilometer. Tidak sampai membahayakan warga karena permukiman warga jauhnya sekitar 11 kilometer dari puncak Semeru,” ujar Sofyan, petugas Pos Pantau Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kec. Candipuro, Lumajang, Jumat 5 November 2010.

Sofyan menambahkan, awan panas yang muncul pada Kamis sekitar pukul 06.15 itu hanya berkutat di kawasan jalur lahar (besuk). “Awan panas itu berada di Besuk Bang, relatif jauh dari permukiman warga di dua kecamatan, Pronojiwo dan Candipuro,” ujarnya.

Selama sehari kemarin terjadi 78 kali letusan kecil di Gunung Semeru. “Sejak pagi ini Semeru sudah tenang, tetapi statusnya masih waspada level dua,” ujar Sofyan.

Secara terpisah, Suparno, petugas pengamat di Gunung Sawur, mengatakan baru kali ini Semeru menyemburkan awan panas sejak 2008 silam. “Syukurlah awan panas hanya sampai radius 4 kilometer sehingga warga tidak perlu mengungsi,” ujarnya.

Apa pun geliat Semeru, kata Suparno, selalu dilaporkan rutin ke Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BPVMBG) di Bandung. “Kami juga rutin mendapatkan informasi dari Pos Pengamat Gunung Semeru di Gunung Sawur,” ujar Sekretaris Satlak PB Pemkab Lumajang, Rochani.

Awan panas, kata Rochani, memang masih dalam batas aman bagi penduduk di lereng atas Semeru. “Yang kami khawatirkan justru keselamatan para pendaki gunung, soalnya di puncak Semeru ada pertumbuhan kubah lava,” ujarnya.

Bambang Edi Santoso, warga Desa Oro-oro Ombo, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang juga mengaku, sejauh ini warga yang mendiami kawasan atas Semeru itu masih tenang-tenang saja. “Karena tidak ada seruan apa-apa, ya tidak ada warga yang mengungsi. Warga yang sebagian besar petani juga masih berladang,” ujar guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Lumajang itu.

Sisi lain, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) Kantor Wilayah II, Angggoro dihubungi terpisah mengatakan, hingga kini belum menutup jalur pendakian di gunung tertinggi di Pulau Jawa (3.676 meter) itu.

“Pendakian belum ditutup, hanya saja selama ini pendakian dibatasi hingga Kalimati,” ujarnya. Anggoro mengaku bakal berkoordinasi dengan pos pengamatan Semeru di Gunung Sawur.


Wisatawan Bromo

Seperti Semeru, Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo juga berstatus Waspada. Mengingat banyaknya wisatawan yang mengunjungi Bromo terutama di akhir pekan, pihak pengamat Gunung Bromo di Pos Cemorolawang mengeluarkan imbauan.

“Kami imbau mereka jangan dekat-dekat kawah Gunung Bromo dalam radius 1 kilometer. Kalau ingin menikmati panorama Gunung Bromo cukup dari jauh, bisa dari Gunung Batok atau Gunung Pananjakan,” ujar Mulyono, petugas pengamat Gunung Bromo di Pos Cemorolawang.

Karena sifatnya imbauan, sejumlah wisatawan terlihat masih nekat mendaki Gunung Bromo melalui tangga. “Kami tidak bisa melarang, hanya mengimbau demi keselamatan wisatawan,” ujarnya.

Disinggung aktivitas Bromo yang terlihat seperti biasa, Mulyono mengatakan, semburan asap belerang di musim hujan ini lebih pekat. “Selain perih di mata, asap yang mengandung belerang bisa mengakibatkan sesak napas,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Desa Ngadisari, Drs Supoyo MM mengatakan, warga Tengger tidak perlu panik dengan kondisi Bromo. “Sekarang masih aman-aman saja. Kalau memang berbahaya, tentu akan ada pemberitahuan dari pihak pos pengamat di Cemorolawang,” ujarnya.

Laporan: Ikhsan Mahmudi

0 komentar: