VIVAnews - Penyedia layanan internet utama di Libya, General Post and Telecommunications Company, mulai mematikan akses internet. Langkah tersebut dilakukan sejak Sabtu, pukul 1:18 pagi, waktu setempat.
“Hari ini mereka mulai mematikan akses dan kini sebagian besar kawasan sudah terputus dari dunia maya,” kata Earl Zmijewski, General Manager Renesys, perusahaan pemantau internet, seperti dikutip dari ComputerWorld, 19 Februari 2011.
Zimjewski menyebutkan, Libya tampaknya mengambil contoh dari Mesir yang memutus seluruh akses internet pada akhir Januari saat gelombang protes membanjiri jalan-jalan di negeri tersebut menuntut reformasi politik.
Serupa dengan Mesir, sejak pekan ini ribuan warga Libya juga telah turun ke jalan di Benghazi, kota kedua terbesar di negeri itu. Menurut data Amnesty International, demonstrasi di sana telah memakan 46 korban jiwa dalam tiga hari terakhir.
Menurut sejumlah pengamat, langkah pemerintah untuk memutuskan akses internet diambil karena semakin meningkatnya suhu politik di Libya. Ini mempersulit masyarakat yang butuh untuk mengetahui situasi yang terjadi di lapangan.
Sebagai informasi, Libya lebih kecil dibandingkan dengan Mesir. Dengan hanya sedikit jaringan yang perlu diawasi, pemutusan akses internet di negeri tersebut juga lebih mudah untuk dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar