VIVAnews -- Pemimpin pemberontak muslim Somalia mengancam akan menyerang Amerika Serikat dalam waktu dekat. Mereka bahkan memerintahkan Presiden AS Barack Obama untuk segera masuk Islam sebelum mereka menyerang.
Hal ini disampaikan oleh Fuad Mohamed “Shongole” Qalaf pada sebuah siaran radio pada Senin, 27 Desember 2010. Shongole adalah pemimpin kelompok pemberontak Al-Shabab yang menguasai Somalia bagian selatan dan tengah.
Tujuan mereka adalah menggulingkan pemerintahan berdaulat Somalia yang kini dalam perlindungan 8.000 tentara Uganda dan Burundi yang tergabung dalam pasukan perdamaian Uni Afrika.
Al-Shabab belum pernah melancarkan serangan keluar Afrika namun intelijen Barat sejak lama khawatir karena al-Shabab telah banyak merekrut anggota dari pemuda keturunan Somalia-Amerika.
Terhitung 20 orang telah terbang dari AS ke Somalia tahun ini untuk menjalani pelatihan, beberapa dari mereka tewas dalam bom bunuh diri di Somalia.
“Kami serukan kepada Presiden Barack Obama untuk memeluk Islam sebelum kami datang ke negaranya,” ujar Shongole seperti dilansir dari laman Associated Press.
Siaran radio tersebut direkam di kota Afgoye, dekat Mogadishu, ibukota Somalia, pada saat pertemuan Shongole dengan Sheik Hassan Dahir Aweys, bekas pemimpin kelompok pemberontak Hizbul Islam.
Sebelumnya, kedua kelompok ini bertikai beberapa kali, namun minggu lalu mereka mengumumkan bergabung di bawah kepemimpinan al-Shabab.
“Kami bergabung demi ideologi kami dan kami akan menggandakan usaha kami untuk menggulingkan pemerintahan dan mengusir Uni Afrika dari negara ini,” ujar Awey.
Militan al-Shabab terkenal sebagai pelancar berbagai serangan bunuh diri di Uganda pada Juli lalu yang menewaskan 76 orang.
Kelompok ini juga telah mengumumkan keterlibatannya dalam jaringan al-Qaeda dan diyakini menjadi dalang di balik serangan bom di depan kedubes AS di Kenya dan Tanzania tahun 1998 yang menewaskan 224 orang.
Somalia adalah negara dengan berbagai pemerintahan, yang sebagian besar dikuasai oleh militan. Pemerintahan berdaulat yang diakui oleh PBB dan negara-negara lain hanya menguasai 37,5 persen Mogadishu, atau sekitar 20 kilometer persegi. Pemberontak menguasai 31,25 persen lainnya, sementara sisanya adalah wilayah sengketa.
0 komentar:
Posting Komentar